Minggu, 26 Oktober 2014

Lagu Lagu Ku

Cintaku Cuma Satu
Itu Adalah Kamu
Satu Dua Dan Tiga
Moga Langgeng Slamanya

Merdeka Hati Ini (Asyiiiik)
Aku Mulai Menanti
Kebersamaan Kami
Hingga Akhirat Nanntii

(Balonku Ada Lima)

Jumat, 10 Oktober 2014

Shalawat Ziarah Waliyulloh

قَصِيْدَةْ تُقْرَأُ عِنْدَ زِيَارَةِ اْلوَلِىِّ
سَــــــــلَا مُ اللّـــــــــــــهِ وَالــــَّرحْمَـــــــــــةْ          عَــلَــيْـــــــكُــــمْ يـَـــــــا وَلِـــــَى اللّــــــــهْ

اَتَـيْـــــــــــــــنَاكُـــــــمْ وَزُرْنَــــــــــــــــــاكُــــــمْ          وَقَـــــــــفْــــــــــــــنَا يـَـــــــا وَلِـــــَى اللّــــــــهْ
سَـــــعِدْ نــَــــــــــا اِذْ لَقِيْــــــــــــنَاكُــــمْ            قـَصَــــدْ نـَــــا يـَـــــــا وَلِـــــَى اللّــــــــهْ
تــَـــــوَسَّــــــــلْــــــــــــــــــنَا بِكُــمْ لِلّــــــــــــــهْ           اَجِــــــيـْـــبُــــــــوْا يـَـــــــا وَلِـــــَى اللّــــــــهْ
رَجَـــــــــــوْنـــــــَــــــا مِــنْ مَزَايـَـــــــــاكُـمْ            لِتَـــــــــــدْعُــــــوْا يـَـــــــا وَلِـــــَى اللّــــــــهْ
اِلـــــَـى الـــــرَّحْمـــــــنِ مــــَـــــــا يــــُــــرَامْ            لَــــــــــــدَيْــــــــــــنَا يـَـــــــا وَلِـــــَى اللّــــــــهْ
طَــــلـَــــبْـــــــــــــنَا وُسْـــــــــعَةَ الــــــــرِّزْقِ           حَـــــــــــــــــلَالًا يـَـــــــا وَلِـــــَى اللّــــــــهْ
وَحـَــــــجَّ اْلــــبَيْتَ فِـــــى الْحَــرَامْ            مِــــــــــــــــــــــــــــرَارًا يـَــــــا وَلِـــــَى اللّــــــــهْ
وَحُسْــــــــــــنًا فِـــــى اخْتِتَا مِــــــــنَا            كِـــــــــــرَامــًـــــــا يـَـــــــا وَلِـــــَى اللّــــــــهْ
عَسَى نُرْضَى عَسَى نُعْطَى            بـــِــــقُــــــــــــرْبٍ يـَـــــــا وَلِـــــَى اللّــــــــهْ
وَصَـــــلَّــــــى سَـــــــــلَّــــــمَ عَلَــــــــــــــــى           مـُحَـــــــــمَّـــــدْ يـَـــــــا وَلِـــــَى اللّــــــــهْ

وَحَــــــمْــــــــــــــدًا لِلْـــــــــمُــــهَـــــيْــــمِــنِ         وَشُــــــــــكْــــرًا يـَـــــــا وَلِـــــَى اللّــــــــهْ


Senin, 22 September 2014

Peran Ahlussunah Wal Jamaah

NAHDLATUL 'ULAMA Di Mata Dunia
Dari Prestise, Internasionalisasi NU Sampai Aplikasi ASWAJA NU

Bermula dari Komite Hijaz sebagai organisasi embrio Nahdlatul Ulama’, ia mengawali sepak terjang NU di kancah Internasional. kesuksesaan Komite Hijaz dalam memperjuangkan jaminan kebebasan bermadzhab di Arab Saudi menunjukkan bahwa prestise para Ulama’ madzhab (syafi’iyah, malikiyah, hanabilah dan hanafiyah) di Indonesia begitu besar di mata mereka sehingga mereka mengiyakan tuntutan tersebut. Selain menuntut jaminan kebebasan bermadzhab, Komite Hijaz juga menuntut perbaikan penyelenggaraan ibadah haji dan penentuan tarif resmi untuk semua kegiatan haji. Tuntutan ini juga mendapat respon dari pemerintah Arab Saudi dengan mengeluarkan tarif resmi bagi semua kegiatan haji, bahkan jamaah haji yang merasa membayar lebih dari ketentuan tarif resmi dapat mengklarifikasi lewat wakil di Arab Saudi. Walhasil, Muhammadiyah dan Sarekat Islam yang awalnya menyambut hangat keputusan asas tunggal madzhab Wahabi di Arab Saudi kebakaran jenggot dengan keputusan jaminan kebebasan bermadzhab tersebut.

Sebegitu terhormatkah Komite Hijaz sebagai organisasi para Ulama madzhab Indonesia dimata mereka?.
Berbicara hal ini, maka kita harus membuka lembaran sejarah abad 19 dan awal abad 20 di Arab Saudi sebagai awal Indonesia-waktu itu Hindia-Belanda-mendapat tempat terhormat dimata mereka. Pada waktu itu sederet santri-santri Indonesia yang menimba ilmu di sana berhasil dengan gemilang menuai prestasi keilmuan islam, sehingga mereka berubah wujud menjadi ulama’-ulama’ madzhab yang disegani. Mereka mampu bersaing dengan ulama’-ulama’ lokal dalam bidang ilmu yang mereka mampu. Diantaranya adalah Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang sempat menjadi Imam Masjidil Haram, Syekh Nawawi Al-Bantani, Sheikh Ihsan Al-Jampesi, Syekh Muhammad Mahfudz Al-Tirmasi, dsb. Kepopuleran mereka waktu itu bukan dikawasan Arab Saudi saja, bahkan Universitas Al-Azhar Mesir menggunakan sebagian karya mereka sebagai kurikulumnya, belum lagi di Negara Timur Tengah yang lain.

Maka dengan kepopuleran para ulama’ madzhab asal Indonesia tersebut otomatis telah membawa nama Indonesia memiliki tempat yang terhormat dimata dunia arab, khususnya Arab Saudi, sehingga sampai Komite Hijaz di utus untuk meminta rekomendasi jaminan kebebasan bermadzhab di Arab Saudi, Komite Hijaz sebagai organisasi para ulama’ madzhab Indonesia berhasil dengan gemilang. Ini menunjukkan bahwa para ulama’ madzhab Indonesia, bahkan sampai saat ini masih memiliki prestise yang tinggi dimata Timur Tengah.
Terbukti, ketika tongkat estafet para ulama’ madzhab Indonesia jatuh pada organisasi Nahdlatul Ulama’ sebagai titisan mereka. NU dengan mudah bisa memainkan perannya menjadi penengah di daerah konflik Timur tengah. Gus Dur bisa menangkap sinyal itu. Sebagai orang terpelajar NU, akhirnya Gus Dur merambah ke Negara Barat membawa NU untuk menancapkan taringnya. Gus Dur melihat minus NU di dunia Barat dengan jelas. Misi itu makin mengental ketika Gus Dur memegang tampuk kepemimpinan NU mulai tahun 1984 sampai 1999. Maka dampak dari gejolak tersebut corak kepemimpinan Gus Dur sebagai ketua Tanfidziyah PBNU waktu itu agak condong ke kiri-kirian karena memang terlalu mesra dengan dunia Barat. Walhasil, Gus Dur sukses membangun prestise NU di dunia Barat. Berbagai penghargaan dari dunia Barat diraihnya. Disamping itu Gus Dur juga memperoleh banyak gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) dari berbagai lebaga pendidikan dunia. Diantaranya, Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Sorborne University, Paris, Perancis tahun 2000. Maka disini bisa diartikan bahwa kesuksesan Gus Dur didunia Barat sebagai petinggi NU otomatis membawa kesuksesan NU yang berwajah kekirian.

Nah, sekarang sempurnalah prestise NU di Timur dan Barat. Natijahnya, kalau dahulu para Ulama’ Madzhab Indonesia termasuk Komite Hijaz membangun prestise NU di Timur Tengah, maka Gus Dur dkk membangun prestise NU di Barat. Kini NU tengah memainkan perannya sebagai organisasi terpandang dunia yang laku pasaran dimana saja. Pada posisi ini ketika KH. Hasyim Muzadi memegang tongkat kepemimpinan NU tahun 2000 sampai 2010, dengan mudah memperkenalkan NU lebih dalam pada dunia dengan modal prestise NU yang telah terbangun mapan. Maka aplikasinya, waktu itu PBNU memulainya dengan membentuk Konferensi Ulama dan Cendekiawan Muslim se-Dunia (International Confrence of Islamic Scholars/ICIS). ICIS I digelar tahun 2004. Tema yang diangkat seputar rekonstruksi pemikiran keagamaan untuk mempererat hubungan antaragama dan antarbangsa. Pada tema ini NU ingin menegaskan dirinya sebagai organisasi islam Indonesia yang memiliki ciri khas yang tidak di temukan pada organisasi-organisasi islam dunia yang lain. ICIS II tahun 2006 mengkaji isu perdamaian dan keadilan global. Sedangkan ICIS III membahas perdamaian dan penyelesaian konflik di negara-negara Islam.

Konferensi itu melibatkan 350 peserta dari 60 negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Serikat. Mereka terdiri dari para ulama, cendekiawan, akademisi, pengamat, praktisi resolusi konflik multietnis dan non-partisan. Semua organisasi Internasional dan nasional merespon positif atas langkah yang diambil PBNU karena posisi NU di dunia Internasional telah terkenal dengan sifat tawassut, tawazun, tasamuh dan ta’adul yang dibangkitkan oleh KH. Hasyim Muzadi sebagai ketua PBNU melalui dasar prestise NU yang telah mapan didunia Internasional. Misi Internasionalisasi NU pada masa ini telah sukses menembus jendela Internasional. Kini NU yang di nahkodai oleh KH. Said Agil Siraj tinggal memainkan peran tersebut dengan lihai dan harus lebih intens menawarkan dan mengaplikasikan aswaja NU di dunia Internasional secara maksimal, bukan hanya Internasionalisasi belaka. NU memiliki modal itu
Melihat potensi ini, bangsa Indonesia harus dapat bersinergi dengan NU dalam beberapa bidang keahlian. Untuk itulah pada tahun 2010 lalu, Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono mengadakan MoU dengan pengurus PBNU dalam sebuah pertemuan di Istana Negara. Lima hal yang menjadi prioritas utama dalam MoU yang ditawarkan SBY pada NU, Pertama, menanggulangi gerakan radikalisasi. selain pendekatan hukum dan keamanan yang telah dilakukan aparat pemerintah. Maka yang tak kalah pentingnya adalah pendekatan cultural dan keagamaan. NU punya potensi itu.

Kerjasama kedua yang mungkin dilakukan adalah di bidang peningkatan ekonomi, terutama dalam penimngkatkan ketahanan pangan, pengembangan usaha ekonomi mikro dan ketahanan energi. Program ini perlu dilakukan secara luas agar bisa menjangkau lapisan rakyat paling bawah.
Ketiga, kerjasama dalam bidang pendidikan, terutama dengan pendidikan moral dan penguatan character building. Keempat, suatu hal yang sangat urgen yang harus melibatkan para ulama adalah penanggulangan climate change. Kelima adalah pengembangan dialog peradaban untuk mewujudkan perdamaian dunia.
Kedepan, pengaruh NU yang bercorak islam rahmatan lil alamin di dunia Internasional akan mirip seperti pengaruh NU ditingkat nasional karena memiliki pendidiran fi kalimatin sawa’ sehingga mampu menciptakan kerukunan antar umat beragama dan menciptakan babak baru peradaban di didunia Islam. Dunia akan menjadi seperti warna Indonesia besar yang memiliki warna pancasila besar karena aplikasi sikap ajaran ASWAJA NU besar dalam mengawal stabilitas Internasional.

Semoga bermanfa'at dan menambah wawasan kita dan memperkuat aqidah kita ASWAJA ALA NU.. Amin... — Bersama Ahmad Mahrum Assyafah